Minggu, 30 Juni 2013

Mengerikan, Bocah Ini Hampir Bunuh Temannya Sendiri




 Efek buruk tayangan kekerasan di televisi atau game yang berbau kekerasan berpengaruh terhadap perilaku anak. Anak-anak bisa meniru kebiasaan seperti itu dan bahayanya lagi, temannya bisa menjadi korban. Di Bandung, seorang Anak tega menggorok leher temannya sendiri hanya karena tidak mau diajak bermain sepak bola. R yang masih berusia 12 tahun tega menggorok leher temannya, IF (10), hanya karena korban menolak ajakan pelaku untuk bermain bola.
Kejadian ini baru saja terjadi sore ini (27/6). R melakukannya di lapangan sepak bola deket lokasi pembakaran di Pemakaman China Cikadut, Bandung. Entah apa yang merasuki pikirannya, R tiba-tiba melakukan tindak penganiayaan berat yang bisa berakibat fatal dan kematian tersebut. Luka yang diderita IF sangat parah sehingga darah mengucur deras dari lehernya. Warga yang berada di sekitar tempat kejadian langsung menolong IF dan membawanya ke Rumah Sakit.
IF mengalami trauma parah akibat luka yang dideritanya. Operasi leher pun harus dilakukan untuk menyembuhkan luka yang didapatnya dari perbuatan kriminal R tersebut. IF digorok menggunakan senjata tajam yang di bawa lari oleh R.
R langsung kabur setelah menganiaya IF dan kini masih dalam penyelidikan kepolisian di mana keberadaannya. R ketakutan dan pergi begitu saja. Anak yang masih berusia 12 tahun ini kini entah bersembunyi di mana dan seperti apa keadaannya masih belum ada yang mengetahui. Pihak keluarga R mengatakan bahwa mereka tidak tahu keberadaan putra mereka.
Anak-anak mudah sekali terpengaruh dengan tontonan yang dilihatnya setiap hari. Bila Anda memiliki anak di Rumah maka benar-benar filter dan kontrol tontonan serta game yang mereka mainkan. Mereka bisa meniru apa yang mereka tonton dan mereka mainkan di dunia nyata karena menganggap hal itu sah-sah saja untuk dilakukan.

Inspirasi: Mereka Pun Bisa Ikut Kontes Kecantikan Karena Semua Wanita Itu Cantik

 Saat mendengar istilah kontes kecantikan, kita pasti sudah membayangkan banyak wanita cantik dengan tubuh yang jenjang dan langsing serta paras rupawan. Mereka bukan sosok sempurna, namun secara kasat mata mereka memiliki kesempurnaan yang diinginkan banyak wanita.
Di Amerika, ternyata ada sebuah kontes kecantikan bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Dengan nama Miss You Can Do It, kontes ini mengajak gadis-gadis muda yang memiliki kebutuhan khusus untuk turut serta di dalamnya.
(c) dailymail.co.uk(c) dailymail.co.uk
Abbey Curran adalah pencetus ide ini bersama temannya yang memiliki masalah cacat mental. Hal ini tercetus setelah temannya itu dilarang oleh orang tuanya karena takut banyak orang kan menertawakan gadis itu bila mengikuti kontes kecantikan.
Banyak orang (bahkan kadang orang terdekat mereka) yang meremehkan anak-anak berkebutuhan khusus ini. Padahal, mereka juga orang-orang yang memiliki keinginan dalam hidupnya. Perbedaan membuat mereka seringkali mendapatkan diskriminasi di lingkungan masyarakat.
Tahun 2008, Curran menjadi wanita pertama yang memiliki riwayat cacat, namun tetap bisa mengikuti kontes Miss USA. Hal ini membuat gadis lainnya yang memiliki persamaan dengan Curran, ingin mengikuti jejaknya.
Kontes Miss You Can Do It adalah salah satu kontes kecantikan yang berusaha mendobrak paradigma kontes kecantikan masa kini yang lebih menonjolkan kecantikan dan kesempurnaan fisik. Well, hal ini tampak klise, namun memang pada dasarnya kontes seperti ini perlu dilakukan karena semua orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih sesuatu dalam hidup mereka.
(c) dailymail.co.uk(c) dailymail.co.uk
Dalam kontes kecantikan ini, banyak peserta yang mengalami Down Syndrome. Meski dalam keadaan demikian, mereka memiliki potensi yang bisa ditunjukkan. Di antaranya Teyanna, yang masih berusia 12 tahun dan menuliskan essay yang ia bacakan dalam event tersebut.
"Arti dari ketidakmampuan ini adalah tak memiliki kekuatan," kata Teyanna. "Tapi aku punya kekuatan untuk melakukan apapun yang aku ingin coba lakukan. Itulah yang membuatku mampu," lanjutnya. Pidato mengesankan ini hanya sedikit kisah dari mereka yang ikut serta menunjukkan kemampuan.
Dalam kebanyakan lingkungan mereka yang mengalami cacat mental, salah satunya Abbey Curran, seringkali lingkungan menghempaskan harapan mereka dengan mengatakan, "Ayolah, berpikirlah realistis. Kau tak akan bisa melakukannya."
Realistis memang diperlukan untuk melihat kenyataan yang ada, namun seringkali kita lupa bahwa siapapun punya impian dan potensi yang sama untuk mencapai impian itu. Perbedaannya hanya pada tekad, bukan ketidaksempurnaan yang dimiliki.
Hal inilah yang juga menjadi misi mulia Curran, untuk mengangkat mereka yang sering diremehkan, agar sama-sama bisa menunjukkan kemampuan mereka sebagaimana orang lain.